PROFIL
Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini (1285-1453 M) adalah pendahulu para Wali Songo yang berasal dari Champa (Vietnam). Ia dilahirkan di Malabar, India, pada masa Kesultanan Delhi. Ia termasuk mubaligh yang dikaruniai usia yang panjang.
Ayah Syekh Jamaluddin, Syekh Ahmadsyah Jalaluddin, pernah menjabat sebagai Gubernur (Amir) di Malabar, sebelum hijrah ke Champa (Vietnam).
Sebagai cucu ke-18 Nabi Muhammad saw., nasab Syekh Jamaluddin adalah sebagai berikut;
Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini bin Ahmadsyah Jalaluddin bin Amir ‘Abdullah Khonnuddin bin ‘Abdul Malikal Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi' Qosam bin Alwi Ats-Tsani bin Muhammad Shohibus Saumiah bin Alawi (Alwi) Awwal bin Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uroidhi bin Ja’far Ash-Shoddiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain As-Sabith bin Sayyidina Ali bin Abi Tholib + Sayyidah Fathimah Az-Zahro binti Nabi Muhammad saw.
Syekh Jamaluddin adalah kakek dan buyut dari para mubaligh Wali Songo yang terkenal seperti; Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati dan Sunan Muria.
Pada tahun 1349 M, Syekh Jamaluddin besama adiknya Syeikh Thonauddin (Datuk Adi Putera), memulai misi da’wahnya di Asia Tenggara. Berawal dari Jawaka dan Kelantan di Malaysia, lalu Samudera Pasai di Aceh, terus ke Palembang, selanjutnya ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan berakhir di Sulawesi Selatan.
Saat di Jawa Timur, Syekh Jamaluddin sempat tinggal beberapa waktu di Trowulan, ibukota Kerajaan Majapahit, memenuhi undangan raja Majapahit saat itu, Prabu Hayam Wuruk (1350-1389 M).
Dalam ’muhibah’nya ke bumi Majapahit, Syekh Jamaluddin sempat berda’wah dan meng-Islam-kan rakyat Majapahit.
Selanjutnya tugas syi’ar-nya ia serahkan kepada putranya, Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro (Syekh Jumadil Qubro), Syekh Maulana Ibrohim as-Samarqond dan cucunya, Syekh Maulana Malik Ibrohim (Sunan Gresik).
Ia sendiri bersama beberapa keluarga dan pengikutnya meneruskan perjalanan ke Sulawesi Selatan, tepatnya ke Tosora, Wajo.
Rupanya Sulawesi Selatan adalah tujuan akhir perjalanan Syekh Jamaluddin dalam menyebarkan Islam. Disini, ia sempat mengislamkan Raja Lamdu Salat sekitar tahun 1400 M.
Pada tahun 1453 M, di usia 168 tahun, Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini kembali ke rahmatullah. Jenazahnya dimakamkan di hadapan masjid yang didirikannya, di Jalan Masjid Tua, Desa Tosora, Kacamatan Majeuleng, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan.
Adapun makam yang berada di Trowulan, Mojokerto dan diyakini oleh sebagian umat muslim adalah makam Syekh Jamaluddin, sebenarnya adalah makam putranya yang memiliki nama hampir sama, yaitu Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro (Syekh Jumadil Qubro) yang wafat pada tahun 1466 M.
-*-
ALIAS ATAU NAMA LAIN
Ayah Syekh Jamaluddin, Syekh Ahmadsyah Jalaluddin, pernah menjabat sebagai Gubernur (Amir) di Malabar, sebelum hijrah ke Champa (Vietnam).
Sebagai cucu ke-18 Nabi Muhammad saw., nasab Syekh Jamaluddin adalah sebagai berikut;
Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini bin Ahmadsyah Jalaluddin bin Amir ‘Abdullah Khonnuddin bin ‘Abdul Malikal Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi' Qosam bin Alwi Ats-Tsani bin Muhammad Shohibus Saumiah bin Alawi (Alwi) Awwal bin Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uroidhi bin Ja’far Ash-Shoddiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain As-Sabith bin Sayyidina Ali bin Abi Tholib + Sayyidah Fathimah Az-Zahro binti Nabi Muhammad saw.
Syekh Jamaluddin adalah kakek dan buyut dari para mubaligh Wali Songo yang terkenal seperti; Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Derajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati dan Sunan Muria.
Pada tahun 1349 M, Syekh Jamaluddin besama adiknya Syeikh Thonauddin (Datuk Adi Putera), memulai misi da’wahnya di Asia Tenggara. Berawal dari Jawaka dan Kelantan di Malaysia, lalu Samudera Pasai di Aceh, terus ke Palembang, selanjutnya ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan berakhir di Sulawesi Selatan.
Saat di Jawa Timur, Syekh Jamaluddin sempat tinggal beberapa waktu di Trowulan, ibukota Kerajaan Majapahit, memenuhi undangan raja Majapahit saat itu, Prabu Hayam Wuruk (1350-1389 M).
Dalam ’muhibah’nya ke bumi Majapahit, Syekh Jamaluddin sempat berda’wah dan meng-Islam-kan rakyat Majapahit.
Selanjutnya tugas syi’ar-nya ia serahkan kepada putranya, Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro (Syekh Jumadil Qubro), Syekh Maulana Ibrohim as-Samarqond dan cucunya, Syekh Maulana Malik Ibrohim (Sunan Gresik).
Ia sendiri bersama beberapa keluarga dan pengikutnya meneruskan perjalanan ke Sulawesi Selatan, tepatnya ke Tosora, Wajo.
Rupanya Sulawesi Selatan adalah tujuan akhir perjalanan Syekh Jamaluddin dalam menyebarkan Islam. Disini, ia sempat mengislamkan Raja Lamdu Salat sekitar tahun 1400 M.
Pada tahun 1453 M, di usia 168 tahun, Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini kembali ke rahmatullah. Jenazahnya dimakamkan di hadapan masjid yang didirikannya, di Jalan Masjid Tua, Desa Tosora, Kacamatan Majeuleng, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan.
Adapun makam yang berada di Trowulan, Mojokerto dan diyakini oleh sebagian umat muslim adalah makam Syekh Jamaluddin, sebenarnya adalah makam putranya yang memiliki nama hampir sama, yaitu Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kubro (Syekh Jumadil Qubro) yang wafat pada tahun 1466 M.
-*-
ALIAS ATAU NAMA LAIN
- Sayyid Husain Jamaluddin.
- Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar Jumadil Kubro.
- Sayyid Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubro Azmatkhan.
- Sayyid Jamaluddin Husein.
- Syekh Maulana Jumadil Kubro Wajo.
- Syekh Maulana Jamaluddin Akbar Gujarat.
ISTRI-ISTRI
1. Amiro Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taroghoy (Pendiri Dinasti Timuriyyah, Raja Uzbekistan, Samarqond), yang dinikahi pada tahun 1295 M, saat Syekh Jamaluddin berda’wah di Samarqond (1295M-1308 M).
Dari pernikahan ini lahir 3 orang anak, yang semuanya dilahirkan di Samarqond, yaitu:
a. Syekh Maulana Ibrohim Zainuddin Al-Akbar as-Samarqond (Syekh Ibrohim Asmoroqondi), lahir tahun 1297 M.
- Ayahanda Syekh Ali Rohmatulloh (Sunan Ampel) dan Syekh Ali Murtadho.
- Kakek dari Syekh Maulana Makdhum Ibrohim (Sunan Bonang), Syekh Maulana Hasyim Syarifuddin (Sunan Derajat) dan Syekh Maulana Ja’far Shoddiq (Sunan Kudus).
b. Syekh Barokat Zainal Alam as-Samarqond, lahir pada tahun 1300 M.
- Ayahanda Syekh Maulana Malik Ibrohim (Sunan Gresik) dan Syekh Maulana Ishaq (Wali Lanang).
- • Kakek dari Syekh Maulana ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri) dan Dewi Sarah (Istri Sunan Kalijogo).
- • Buyut dari Raden Umar Said (Sunan Muria).
Ia adalah ayahanda Syekh Hasanuddin (Syekh Quro).
2. Putri dari Sultan Nizamul Muluk, Kesultanan Delhi, India, yang dinikahi pada tahun 1309 M, saat Syekh Jamaluddin mengunjungi tanah lahirnya, India.
Dari pernikahan ini lahir 4 orang anak, di desa Nasarabad, India, yaitu:
a. Syekh Maulana Muhammad Jumadil Kuboa (Syekh Jumadil Qubro/Syekh Maulana Al-Akbar/Syekh Maulana Jumadil Kubro), lahir pada tahun 1311 M.
b. Syekh Maulana Muhammad 'Ali Akbar, lahir pada tahun 1312 M.
c. Syekh Maulana Muhammad Al-Baqir (Syekh Subaqir), lahir pada tahun 1314 M.
d. Syekh Maulana Wali Islam, lahir pada tahun 1317 M.
b. Syekh Maulana Muhammad 'Ali Akbar, lahir pada tahun 1312 M.
c. Syekh Maulana Muhammad Al-Baqir (Syekh Subaqir), lahir pada tahun 1314 M.
d. Syekh Maulana Wali Islam, lahir pada tahun 1317 M.
3. Laila Fathimah binti Hasan bin Abdullah Al-Maghribi Al-Hasani (dari Maroko), yang dinikahi pada tahun 1319 M, saat Syekh Jamaluddin kunjungannya ke Maroko.
Dari pernikahan ini lahir 1 orang anak, yaitu:
Syekh Maulana Muhammad Al-Maghribi, lahir di Maghrib, Maroko, pada tahun 1321 M.
4. Fathimah binti Hasan at-Turobi bin 'Ali bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqoddam al-Hadromi Al-Husaini, yang dinikahi pada tahun 1323 M.
Dari pernikahan ini lahir 1 orang anak, yaitu:
Syekh Maulana Ibrohim al-Hadrami Azmatkhan, lahir di Hadramaut, Yaman Selatan, pada tahun 1325 M.
5. Linang Kahaya binti Raja Sakranta dari Kerajaan Jawaka, Malaysia, yang dinikahi pada tahun 1350 M.
Dari pernikahan ini lahir 1 orang anak, yaitu:
Siti ‘Aisyah (Ratna Kusuma), lahir pada tahun 1351 M.
Ia adalah istri Syekh Kholiqul ’Idrus (Sunan Jepara).
6. Rahmawati binti Sultan Zainal Abidin I (Kesultanan Champa, Vietnam), yang dinikahi pada tahun 1355 M.
Dari pernikahan ini lahir 1 orang anak, yaitu:
Syekh Ibrohim Zainuddin Asghor Champa, lahir di Champa pada tahun 1357 M, bergelar Sultan Zainal Abidin II Diraja Champa.
6. Rahmawati binti Sultan Zainal Abidin I (Kesultanan Champa, Vietnam), yang dinikahi pada tahun 1355 M.
Dari pernikahan ini lahir 1 orang anak, yaitu:
Syekh Ibrohim Zainuddin Asghor Champa, lahir di Champa pada tahun 1357 M, bergelar Sultan Zainal Abidin II Diraja Champa.
7. Syahirah (Selindung Bulan) binti Sultan Baqi Syah ibni al-Marhum Sultan Mahmud, Raja Kelantan, Malaysia, yang dinikahi pada tahun 1390M.
Dari pernikahan ini lahir 2 orang anak, yaitu:
a. Sayyid 'Ali Nurul Alam (Maulana 'Abdul Malik Israil/Sultan Qonbul), lahir pada tahun 1392 M.
Ia adalah kakek Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
b. Syarif Muhammad Kebungsuan (berda’wah di Mindanao, Filipina), lahir pada tahun 1394 M.
--***--
Di edit dari berbagai Sumber.
Ali Al-Uroidhi bin
BalasHapusImam musa al khathi bin
Imam Ja’far Al-Soddiq