Selasa, 21 Maret 2017

TAMU TIDAK DIUNDANG

Nusantara yang disebut juga Zamrud Katulistiwa, merupakan kawasan yang sangat kaya potensi alamnya. Sebut saja mulai dari hasil tambang, palawija, flora dan fauna hingga hasil maritim. Sungguh sebuah karunia yang tidak terhingga dari Sang Khalik kepada bangsa Indonesia.

Kekayaan yang luar biasa ini begitu masyur pada zaman dahulu, hingga membuat beberapa bangsa di benua Eropa tergoda untuk datang jauh-jauh dari negara asalnya, hanya untuk menguasai dan memiliki ‘Tanah Syurga’ ini.

Artikel kali ini, akan menampilkan beberapa negara yang pernah datang sebagai Tamu Tak Di Undang dan sempat berkuasa di Indonesia.


Tulisan ini akan membahas secara ringkas; 

1. Awal Kedatangan
2. Misi Mula-mula
3. Masa Menjajah 
4. Peninggalan
bangsa-bangsa Kolonial tersebut ke Indonesia.

Sementara, penyajiannya terbagi kedalam 5 bagian, yaitu:
A. PORTUGIS
B. SPANYOL
C. BELANDA
D. INGGRIS
E. JEPANG
-*-


A. PORTUGIS

1. AWAL KEDATANGAN
Pada tahun 1453, saat Kota Konstantinopel (Istambul) jatuh ke tangan Kesultanan Turki Utsmani, bangsa-bangsa di Eropa mulai merasakan kesulitan mendapatkan hasil bumi dan rempah-rempah. Karena perdagangan dunia pada saat itu mulai dikuasai pedagang Muslim. Khususnya untuk cengkih dan pala, yang merupakan bahan dasar masakan masyarakat Eropa. Pada masa itu harga kedua komoditi alam ini mengalahkan harga emas si logam mulia.

Sejarah mencatat, negara-negara di kawasan Eropa mulai mencari jalan untuk menemukan tempat-tempat baru penghasil rempah-rempah tersebut.

Salah satunya Kerajaan Portugis, yang pada tahun 1492 menugaskan Bartholomeus Diaz de Novaez untuk menjelajahi dunia timur. Sayangnya saat tiba di ujung selatan benua Afrika (kini Negara Afrika Selatan), Bartholomeus gagal. Kapalnya karam pada tahun 1496, dan tempat itu kemudian ia beri nama Tanjung Harapan.

Kegagalan Bartholomeus Diaz de Novaez tidak menyurutkan semangat Kerajaan Portugis. Kembali mereka mengirim Vasco da Gamma untuk meneruskan misi Bartholomeus yang tertunda. Kali ini Vasco berhasil dan berlabuh di Kalkuta (India), pada tahun 1497.
-*-

2. MISI MULA-MULA
Melihat keberhasilan Vasco da Gamma, Kerajaan Portugis lalu menugaskan Afonso (Alfonso) d’ Albuquerque, untuk meneruskan misi kedua rekan se-negara sebelumnya. Tidak hanya mencari dunia baru, misi ekspedisi ini dikenal dengan semboyan ‘feitoria, fortaleza dan igreja’. Yang artinya kejayaan, kekuasaan dan agama.

Afonso yang dilengkapi dengan 15 kapal besar dan kecil, serta 600 tentara Kerajaan Portugis, memulai perjalanan ekspedisi yang dinamakannya Estado da India pada tahun 1509. Jalur perjalanan lautnya mengikuti rute Bartholomeus dan Vasco.

Pada tahun 1511, Afonso berhasil mendarat di Tanjung Malaka. Dan pada tanggal 10 Agustus 1511, ia berhasil menguasai daerah itu, yang merupakan pusat perdagangan dunia di kawasan Asia Tenggara, masa itu.

Lalu pada tahun 1512, Afonso menugaskan Antonio de Abreu dan Francisco Serrao untuk menyusuri kepulauan bagian timur Tanjung Malaka. Dengan mengupah nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu sempat singgah di Madura, Bali, Lombok, gugusan pulau di Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Banda, Kepulauan Penyu, Aru, lalu terus menuju Kepulauan Maluku Utara hingga akhirnya tiba di Ternate.

Kedua pelaut Portugis ini, Antonio Albreu dan Francisco Serrão, adalah pelopor kedatangan bangsa Portugis, yang kelak dilanjutkan pelaut Portugis lainnya ke Nusantara.

Pada awalnya, Kesultanan Ternate menyambut baik kedatangan bangsa Portugis ini. Pada tahun 1521, saat Kesultanan Ternate berseteru dengan Kesultanan Tidore, Fracisco menawarkan bantuan amunisi dan tentara kepada Kesultanan Ternate. Tidak itu saja dengan alasan menjaga keamanan pinggir pantai dari serangan Kesultanan Tidore, Portugis diberi izin untuk mendirikan Benteng Santo Paolo (Benteng Tolucco) di Ternate. Begitu juga di Pikaoli, Negeri Hitu Lama dan Mamala di Pulau Ambon.

Pada tahun yang sama pula Antonio de Brito diberi kesempatan untuk mendirikan kantor dagang Portugis di Ternate.

Namun lama kelamaan, sikap murah hati dan persahabatan bangsa Portugis berubah menjadi pemeras, penguasa dan pembunuh. Dengan kejamnya mereka lalu menjalankan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Sejak saat itulah Portugis praktis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa.
-*-






3. MASA MENJAJAH
Ekspansi Portugis tidak hanya di Indonesia bagian timur saja, tetapi merambah hingga ke pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi.

Inilah babak pertama, Nusantara dijajah bangsa asing.

Sejarah mencatat, bagaimana keras dan hebatnya perjuangan rakyat di pulau-pulau tersebut untuk melepaskan diri dari penjajahan Portugis.

Pada tahun 1575, berakhirlah kekuasaan Portugis di Nusantara, setelah takluk pada penguasa baru yaitu Belanda. Oleh Belanda, Portugis masih diberikan tempat di Solor, Flores dan Timor.

Selama 63 tahun lamanya, bangsa Portugis berhasil menguasai Ibu Pertiwi.
-*-

4. PENINGGALAN
Hingga kini qt masih bisa menyaksikan peninggalan-peninggalan dan pengaruh penjajah Portugis di Indonesia.

Peninggalan dan pengaruh tersebut terbagi atas:

a. Agama
Fransiscus Xaverius, seorang pastur bangsa Portugis adalah pelopor penyebar agama Kristen Katholik di Indonesia.

b. Bangunan
Sejumlah benteng peninggalan penjajah Portugis, masih dapat disaksikan, seperti:
- Benteng Lahayong di Lahayong, Solor, Flores Timur.
- Benteng Kastela, Benteng Tolucco, Benteng Kalamata/Santa Lucia/Kayu Merah di Ternate.
- Benteng Otanaha di Kelurahan Dembe, Gorontalo.
- Benteng Victoria di pusat kota Ambon.
- Benteng Belgica (direnovasi Belanda abad ke 17), di atas perbukitan Tabaleku di sebelah barat daya Pulau Naira (Kepulauan Banda).
- Dan beberapa di pulau Jawa.

c. Nama Keluarga/Marga
Beberapa Nama Marga Portugis hingga kini masih dipakai dalam masyarakat keturunan Portugis, seperti; da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, da Silva, Queljo dan lain-lain.

d. Musik
Musik Keroncong yang qt kenal saat ini, berasal dari Portugis. Adalah komunitas warga Kampung Tugu di Kelurahan Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, yang hingga kini masih mempertahankan kesenian tersebut hingga kini.

Masyarakat Kampung Tugu adalah turunan para Mardijkers (bangsa Portugis berkulit hitam) yang kala itu dibebaskan penjajah Belanda dengan syarat harus memeluk agama Kristen Protestan. Jadilah Kampung ini adalah kampung Kristen tertua di Indonesia bagian Barat.

Sebagian warga kampung ini, terutama yang berusia lanjut, hingga kini masih fasih berbahasa Portugis.

Di daerah ini juga masih dapat ditemukan makam-makam tua para prajurit Portugis.

e. Kosa Kata
Sedangkan di dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia, ada beberapa kata yang berasal dari bahasa Portugis, seperti;
- akta (acta), algojo (algoz), arena, armada, aula.
- bangku (banco), banjo, bendera (bandaira), beranda (varanda), biola (viola), bola, bolu (bolo), boneka (boneca), botol (botelha).
- dadu (dado), dansa (dança), dua.
- gardu (garda), garpu (garfo), gereja (igreja), gudang (gudão).
- harpa.
- Inggris (Ingles).
- jendela (janela).
- kaldu (caldo), kamar (camara), kampung (campo), kanon, karambol (carambola), kartu (cartão), keju (queijo), kemeja(camisa), kereta (carreta), kontan (contas), kursus (cursos).
- laguna (laguna), lampion (lampião), legenda, lemari (almario), lentera (lanterna), limau (limão).
- mandor (mandador), markas (maraca), marmot (marmota), martir (mártir), meja (mesa), mentega (manteiga), meski (masque), minggu (domingo).
- natal (natal), nona (dona).
- palsu (falso), paderi (padre), peluru (pellouro), pena, peniti (alfinete), pesiar (passear), pesero (parceiro), pesta (festa), pigura (figura), pita (fita), puisi (poesia).
- renda, roda, ronda, rosario.
- sabun (sabão), saku (saco), salto, sekolah (escola), sepatu (sapato), serdadu (soldado), silet (gilete), sinyo (sinhô), sisa.
- tanjidor (tangedor), tapioka (tapioca), teledor, tembakau (tabaco), tenda, tempo, terigu (terigo), tinta, topi/capeyo (capyo), tolol (tolo), tukar (trocar).
-**- 




DAFTAR PUSTAKA 
1. “Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship”, Uka Tjandrasasmita (ahli sejarah dan arkeologi Islam), Cepesa, 2002. 
2. Daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia, Wapedia, 2010. 
3. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. MC. Ricklefs, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2008. 
4. Strategi Pangan Armada Portugis, Agung Setyahadi, Harian Kompas, 2008. 
5. Maluku Dalam Perjuangan Nasional Indonesia, Richard Z. Leirissa, Lembaga Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Depok, 1975. 


1 komentar: