Kisah Nabi

NABI UZAIR BIN IMRAN AS. (Nabi Ezra)


Nabi Uzair as. adalah seorang hamba Allah yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh as. dan Nabi Ibrahim as., yaitu sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa as. 

Ia adalah seorang Nabi dan Rasul dari Bani Israil, satu diantara 313 Rasul utusan Allah. Ia digelari "Si Penjaga Taurat".

Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari kata AZARO, yang artinya "mengoreksi", yaitu mengoreksi kesalahan menjadi s-suatu kebenaran.
-*-


Dikisahkan, ketika Nabi Uzair as. tengah berjalan-jalan dengan mengendarai keledainya, disuatu wilayah yang sunyi, hancur dan gersang (sekitar perbatasan Mesir dengan Palestina), ia lalu mengamati keadaan disekelilingnya yang tampak hening, rumah-rumah hancur berantakan, pohon-pohon sedikit saja terdapat ditempat itu, tulang-tulang yang berubah menjadi tanah. 
Lalu beliau bertanya dalam dirinya sendiri: ”Bagaimana Allah Azza wa Jalla bisa menghidupkan semua ini setelah kematiannya? Bagaimana mungkin Allah menghidupkan kembali negeri yang hancur ini?”.

Mendengar perkataan Nabi Uzair as., Allah 
Azza wa Jalla lalu menidurkan beliau dan memanggil ruhnya untuk pindah ke alam batiniyah selama 100 tahun.
Sementara keledai yang dibawanya masih terikat ditempatnya hingga matahari tenggelam, lalu datanglah waktu Subuh. Keledai itu berusaha berpindah dari tempatnya, tetapi ia terikat hingga ia mati kelaparan.

Sementara, penduduk desa tempat 
Nabi Uzair as., mulai gelisah, mereka beramai-ramai mencari Nabi. Mereka mencari ke segala penjuru tetapi tidak menemukan Nabi dan keledainya.

Hari demi hari berlalu, orang-orang telah putus asa dalam mencari Nabi Uzair as., mereka kembali menjalankan tugas mereka masing-masing.

Tahun demi tahun pun berlalu, masyarakat mulai melupakan Nabi Uzair as., kecuali anak Nabi yang paling kecil dan seorang pembantu perempuan. Usia 
pembantu perempuan itu 20 tahun ketika Nabi pergi. 

Selama Nabi Uzair as. tertidur, Allah Azza wa Jalla mengutus seorang malaikat untuk memperlihatkan bagaimana Allah menghidupkan orang-orang mati kepada Nabi Uzair as. 
Nabi lalu bertemu dengan para nabi terdahulu dan melalui mereka, Allah mengajarkan berbagai ilmu kepada Nabi, terutama ilmu pengelolaan negara.Berlalulah sang waktu, sampai genaplah 1 abad (100 tahun). Allah Azza wa Jalla berkehendak untuk membangunkan Nabi Uzair as. kembali. 
Allah lalu membangunkan kembali Nabi Uzair as dengan jasadnya sebagaimana semula saat mulai tertidur. 


Allah bertanya: 

"Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" 
Ia menjawab: 
"Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." 
Allah berfirman: 
"Sebenarnya kamu telah tinggal di sini 100 tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); 
Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; 
dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." 
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati). 
Diapun berkata: 
"Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(Al Baqarah [2]: 259b).


Nabi Uzair as. kemudian berdiri, lalu menunggangi keledainya pulang ke desanya dan tiba saat Maghrib. 
Nabi terkejut melihat perubahan yang terjadi, di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga dengan orang-orang yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. 
Nabi Uzair as. lalu berkata dalam dirinya, "Aku akan berusaha mencari orang yang mungkin masih mengingat aku". 

Nabi Uzair as. akhirnya bertemu dengan pembantu perempuannya, yang saat ditinggal masih berusia 20 tahun. Kini, usia pembantu itu telah 120 tahun, tubuhnya sudah ringkih, giginya yang sudah mulai ompong dan matanya merabun.
Nabi kemudian bertanya kepada 
pembantu perempuannya, “Wahai perempuan yang baik, di manakah rumah Uzair”. 
Perempuan itu lalu menangis dan berkata: “Tak seorang pun yang mengingatnya. Ia telah keluar sejak 100 tahun dan tidak kembali lagi. Semoga Allah merahmatinya”. 
Nabi berkata lagi, ”Sungguh aku adalah Uzair. Tidakkah engkau mengenal aku? Allah Azza wa Jalla telah mematikan aku selama 100 tahun dan telah membangkitkan aku dari kematian.” 
Perempuan itu keheranan dan tidak langsung percaya pada ucapan Nabi itu. Ia lalu berkata: ”Uzair adalah seseorang yang doanya selalu diqabulkan. Kalau kamu memang Uzair, maka berdoalah kepada Allah agar aku dapat melihat sehingga aku dapat berjalan dan mengenalmu”.

Lalu Nabi Uzair as. berdoa, kemudian Allah mengembalikan penglihatan mata dan kekuatan pada perempuan itu. Perempuan tua itu akhirnya mengenali beliau. 
Berlarilah perempuan itu dan berteriak: ”Sungguh Uzair telah kembali”. 
Mendengar teriakan perempuan tua itu, masyarakat bingung dan merasa heran. Mereka mengira bahwa perempuan itu gila.

Kemudian, diadakanlah pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang cendekia dan para ulama. Dalam majelis itu juga hadir cucu Nabi Uzair as., yang telah berusia 70 tahun, sedangkan 
Nabi, ketika itu berusia 40 tahun.

Mereka lalu mendengarkan pengalaman Nabi Uzair as., yang membuat mereka bingung. 
Lalu, salah seorang cendekiawan bertanya kepada Nabi, ”Kami mendengar dari ayah dan kakek kami bahwa Uzair adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Namun Taurat telah dibakar saat terjadi peperangan Bukhtunnashr. Tidak itu saja, mereka juga membunuh para ulama dan para pembaca kitab suci itu. Ini terjadi 100 tahun lalu ketika engkau menjalani kematian. Seandainya engkau mampu menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair”.

Sambil duduk di bawah naungan sebuah pohon, 
Nabi Uzair as. berkata: ”Aku sekarang akan mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan”. Seraya mengeluarkan Taurat di mana kertasnya sudah mulai rusak.
Akhirnya, percayalah kini penduduk desa akan apa yang dialami Nabi Uzair as.
-*-


Nabi Uzair as. lalu mengelola wilayah yang tadinya gersang dan sunyi, menjadi sejahtera dengan masyarakat yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla. Nabi mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Keberhasilan Nabi tersebut kemudian masyur hingga ke kerajaan Namrud, hingga ingin menguasainya.
--***--

Diedit dari berbagai Sumber

======================================


NABI SYITS AS. (Nabi Set)


Nabi Adam as. memiliki 25 orang anak, 24 orang anak lahir secara kembar berpasangan yaitu laki-laki dan perempuan, Syits (dalam bahasa Arab dan ‘Ibrani) atau Syats (dalam bahasa Suryani) adalah putera ke 5 tanpa pasangan kembarnya. Nabi Syits as. adalah adik dari Habil. Syits artinya pemberian Allah. Pada saat Nabi Syits lahir, Nabi Adam sudah berusia 930 tahun.

Nabi Syits menikah dengan adik nya yang nomor 6 yaitu Hazurah yang pasangannya meninggal sewaktu dilahirkan, Nabi Syits mempunyai anak setelah berumur 105 tahun,dan usianya mencapai 1402 tahun.

Nabi Adam sengaja memilih Syits, sebab ia memiliki kelebihan dari segi keilmuan, kecerdasan, ketaqwaan dan kepatuhan dibandingkan dengan semua anaknya yang lain.

Sebagai Nabi, Syits menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 shahifah. Demikian keterangan dari Hadits Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Abu Dzar al-Ghifari sebagaimana dikutip dari Kitab Tarikh Thabari.

Nabi Syits melanjutkan risalah ayahnya Nabi Adam, yang wafat setelah menderita sakit selama 11 hari. Nabi Adam berwasiat kepada Syits untuk menggantikan posisinya. 

Lalu ketika Nabi Syits wafat, kepemimpinannya diturunkan kepada anaknya Anusy, lalu dilanjutkan oleh Qaynen, lalu Mahlayil, kemudian Yard dan Nabi Khanun as.
Dikisahkan bahwa Nabi Khanun adalah nama lain dari Nabi Idris as.

--***--

Dari berbagai Sumber

======================================


Tidak ada komentar:

Posting Komentar