Selasa, 21 Maret 2017

TAMU TIDAK DIUNDANG (II)

B. SPANYOL

1. AWAL KEDATANGAN
Saat Afonso (Alfonso) d’ Albuquerque ditugaskan Raja Portugis, Manuel I untuk mencari dunia baru dan daerah penghasil rempah-rempah, adalah Fernando de Magelhaens, yang juga bangsawan Portugis, datang menemui raja.

Fernão de Magalhães alias Fernando de Magelhaens atau dunia lebih mengenalnya dengan nama Ferdinand Magellan, menawarkan diri untuk ikut mencari daerah penghasil rempah-rempah. Sayangnya, raja tidak merestui niat lelaki yang sangat tekun dalam beragama tersebut.

Setelah niatannya di tolak, Fernando lalu mendatangi Raja Charles I dari Kerajaan Spanyol. Dari raja inilah, ia mendapatkan izin dan akomodasi, untuk memulai ekspedisi maritimnya ke arah barat menuju "Kepulauan Rempah-rempah".


Pada tanggal 20 September 1519, Fernando dengan dilengkapi lima buah kapal kayu kecil, yang diberi nama; Trinidad, San Antonio, Conception, Victoria dan Santiago, berserta 255 awak kapal, meninggalkan pelabuhan San Lucar de Barrameda, Spanyol.

Apabila Afonso d’ Albuquerque mengambil jalur kearah timur mengikuti jalur perjalanan dari Bartholomeus Diaz de Novaez dan Vasco da Gamma, maka Fernando de Magelhaens justru kebalikannya.

Fernando memulai ekspedisinya dengan berlayar ke arah barat, mengikuti jalur perjalanan dari Christophorus Columbus, seorang maritim Spanyol, yang diklaim negara barat sebagai penemu Benua Amerika.

Pada tanggal 16 Maret 1521, setelah berhasil melalui perjuangan hidup yang luarbiasa dalam; mengarungi Lautan Atlantik, menyusuri keliaran Amerika Latin hingga mengarungi Lautan Pasifik, Fernando bersama 3 kapal tangguhnya; Trinidad, Conception dan Victoria, akhirnya tiba di kepulauan Filipina. Dua kapal lainnya; Santiago, rusak dan karam ditengah perjalanan, sedangkan San Antonio, saat di Amerika Latin, memilih kembali ke Spanyol.

Namun sayang, pada tanggal 21 April 1521, Fernando di usianya yang 41 tahun, harus terbunuh saat menghadapi pasukan Datuk Lapu-Lapu di pulau Mactan, Filipina.

Sepeninggal Fernando, ekspedisi kemudian dilanjutkan oleh Juan Sebastián de Elcano. Ia memutuskan untuk secepatnya kembali ke Spanyol.

Melihat situasi yang cukup rawan dengan jumlah awak kapal yang tinggal 68 orang, Juan lalu memutuskan untuk menenggelamkan kapal Conception, agar tidak digunakan musuh.

Rute perjalananpun dibagi dua, kapal Trinidad dengan 36 awak kapal mengambil arah ke Kepulauan Sangihe dan Talaud (bagian paling utara Propinsi Sulawesi Utara), sedangkan Victoria dengan nahkoda Juan Sebastián de Elcano dan 31 anak buahnya, mengambil rute ke Pulau Cagayan, Pulau Mindanao, menuju Kepulauan Maluku Utara.

Sayangnya, saat singgah di Pulau Manado Tua, kapal Trinidad ditangkap oleh Portugis, dan 12 awak kapal yang masih hidup dipenjarakan.

Untungnya kapal Victoria, selamat dan dengan mulus singgah di Kepulauan Maluku, tepatnya Pulau Tidore.

Kelak dikemudian hari, 12 awak kapal Trinidad dibebaskan oleh para pelaut Minahasa dan prajurit Kerajaan Manado.
-*-

2. MISI MULA-MULA
Rombongan Juan Sebastián de Elcano, diterima baik oleh Sultan Tidore, pada tahun 1521. Untuk selanjutnya terjalin kerjasama antara keduanya. Bentuk kerjasama itu tidak hanya dalam hubungan dagang saja, tetapi juga saat Kesultanan Tidore berseteru dengan Kesultanan Ternate yang didukung oleh Portugis, para pelaut Spanyol turut membela Kesultanan Tidore.

Setelah merasa nyaman dan tenang di Tidore, Juan lalu membagi tugas kepada anak buahnya. 21 orang termasuk dirinya akan kembali ke Spanyol, untuk mengabarkan temuan berharga mereka (Kepulauan Rempah-rempah), sementara sisanya tetap tinggal di Tidore dan berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah disitu.

Setelah sempat singgah di Bacan, Jailolo dan Pulau Timor, pada tanggal 6 September 1522, Juan berhasil tiba di Iberia Selatan, Spanyol, dengan awak kapal yang tinggal 17 orang yang sakit dan tidak berdaya.

CATATAN PENTING
a. Sejarah mencatat, 18 orang inilah yang sebenarnya berhasil mengadakan perjalanan keliling dunia secara sempurna untuk pertama kali.
b. Saat Portugis datang dari arah Barat, kemudian Spanyol dari arah Timur, dan bertemu di Kepulauan Maluku, disinilah untuk pertama kalinya manusia mengetahui bahwa bumi ini bulat.
c. Untuk pertama kali pula, rempah-rempah Maluku diangkut langsung tanpa pedagang perantara dari tempat asalnya ke Eropa.
-*-






3. MASA MENJAJAH
Rekan-rekan Juan, kemudian mendapat ijin dari Kesultanan Tidore untuk mendirikan benteng di pulau Tidore.

Kerajaan Spanyol selanjutnya mengirimkan pasukannya untuk bergabung dengan teman-teman Juan di Tidore. Kedatangan pasukan Spanyol ini sekaligus untuk memperkuat kedudukan Spanyol di Tidore dalam menghadapi Kesultanan Ternate dan Portugis.

Sementara di Sulawesi Utara, tepatnya di Minahasa, bekas awak kapal Trinidad juga telah menjalin hubungan baik dengan penduduk setempat, saat pasukan Kerajaan Spanyol tiba dikawasan ini.

Perebutan wilayah, pengaruh dan kekuasaan antara Spanyol dan Portugis di wilayah Indonesia Tengah dan Timur, akhirnya menimbulkan perang di antara kedua kerajaan Eropa tersebut.

Sampai akhirnya pada tanggal 22 April 1528, Paus di Roma menerbitkan Perjanjian Saragossa, yang isinya antara lain adalah; membagi wilayah kekuasaan antara Spanyol dan Portugis. Dimana Spanyol berkuasa dari Mexico sampai ke Kepulauan Filipina dan sedangkan Portugis berkuasa dari Brazil hingga ke Kepulauan Maluku.

Namun fakta berbicara lain. Walau kekuasaan Spanyol di Tidore berakhir dengan diterbitkannya Perjanjian Saragossa, tidak halnya di Sulawesi Utara.
Di wilayah ini Spanyol justru menjadikan daerah ini, sebagai lumbung perbekalan Spanyol dalam menguasai Filipina.

Selanjutnya, pada tahun 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar, sebelum melanjutkan perjalanan ke Filipina. Dari pulau tersebut, kapal-kapal Spanyol lalu memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui Sungai Tondano.

Kegagalannya dalam menguasai Kepulauan Maluku sebagai penghasil rempah-rempah, tidak membuat Spanyol patah arang. Dengan bermodal bibit kopi yang dibawa dari tempat asalnya di Amerika Selatan, Spanyol memulai kekuasaannya di Minahasa.

Pada tahun 1560 Spanyol mendirikan benteng di Wenang dan mengusir tentara Portugis dari tanah Sulawesi Utara.

Sikap ramah dan bersahabat Spanyol ternyata topeng belaka. Mereka berubah menjadi kejam dan tidak berperi kemanusiaan. Mulai dari penguasaan tanah yang seenaknya, kerja paksa, hingga monopoli dagang beras dan kopi yang sepihak. Hal ini membuat masyarakat Minahasa pun bangkit melawan kekuasaan Spanyol.

Berikut kronologi perjuangan rakyat Minahasa menghadapi pasukan Spanyol:
a. Pada tahun 1617, pecahlah perang rakyat Minahasa melawan Spanyol. Jatuh bangun, rakyat setempat bergerilya dalam berjuang.
b. Pada tahun 1644-1646, Organisasi Minaesa Serikat (pemuda Minahasa), ikut memperkuat perlawanan rakyat melawan Spanyol.
Pertempuran ini berhasil mengusir Spanyol dari Minahasa dan Sulawesi Utara.
c. Namun pada tahun 1651, bala bantuan Spanyol yang dipimpin oleh Bartholomeo de Suisa, tiba di ‘La Quimas’ (Kema sekarang).
d. Barulah pada tahun 1694 dalam peperangan di Tompaso, rakyat Minahasa dibantu Organisasi Minaesa Serikat, dan didukung pasukan VOC (Belanda), pasukan Spanyol berhasil terusir untuk selama-lamanya dari bumi Sulawesi Utara.

Dengan demikian berakhirlah kekuasan Spanyol di Nusantara.

Masa kekuasaan Spanyol di tanah air tercinta, khususnya Sulawesi Utara, boleh dibilang cukup lama juga, yaitu dari tahun 1522-1694, 172 tahun.
-*-

4. PENINGGALAN
Hingga kini qt masih bisa menyaksikan peninggalan dan pengaruh penjajah Spanyol di Indonesia, seperti:
a. Selama masa kekuasaanya di Sulawesi Utara, Spanyol banyak menyumbang bibit tanaman, yang tadinya tidak ada di wilayah ini, seperti; kopi, aneka ragam cabai, jahe, kunyit.
b. Salah satu kuliner yang diperkenalkan Spanyol adalah kue Panada yang berasal dari Amerika Latin.
c. Tidak itu saja, Spanyol jugalah yang mula-mula memperkenalkan makanan beraroma pedas yang kelak menjadi menu utama masyarakat Sulawesi Utara.
d. Situs tempat pendaratan kapal Angkatan Laut Spanyol, Fort Rumi, pada tahun 1521 di pantai Kelurahan Rum, Kota Tidore, Kepulauan Tikep, Maluku Utara.
e. Benteng Fort Marieko, Tidore.
f. Benteng Tjsobe, Soasio, dibangun Spanyol abad ke-15, di Tidore.
g. Benteng Tahula, Santiago de Los Caballeros, Soasio, di Tidore.
-**-





DAFTAR PUSTAKA
1. “Sejarah Indonesia”, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
2. "Sejarah Kolonial Spanyol di Indonesia", David DS Lumoindong.
3. “Perjalanan keliling dunia Antonio Pigafetta”, 1972, hal. 127-128.
4. ”De Katholieken en hare Missie”, A.J. Van Aernsbergen.
5. ”Sejarah Indonesia Modern 1200-2008”, MC. Ricklefs, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2008.
6. “Maluku Dalam Perjuangan Nasional Indonesia”, Richard Z. Leirissa, Lembaga Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Depok, 1975.

1 komentar: