Seiring waktu berjalan dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan, membuat semakin banyak suku bangsa asing lainnya datang dan bermukim di Indonesia.
Data Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan, bahwa beragam suku bangsa asing telah bercampur baur, mewarnai khasanah manusia-manusia Indonesia.
Dari keberagaman tersebut, tercatat 4 Keturunan Suku Bangsa Asing yang paling dominan jumlahnya, mereka itu adalah Keturunan Suku Bangsa:
A. Cina atau Tionghoa,
B. Arab,
C. India,
D. Eurasia alias Orang Indo (campuran Indonesia dan Eropa).
Kecuali suku bangsa Eurasia, 3 suku bangsa lainnya, memang sejak awal penanggalan Masehi dibuat, telah berangsur-angsur datang dan menetap di Bumi Pertiwi ini.
-*-
A. SUKU BANGSA CINA
Suku Bangsa Cina yang biasa qt sebut Keturunan Tionghoa, adalah suku bangsa asing terbesar yang datang secara bergelombang dan kemudian menetap di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Awalnya para pendatang asing yang bermata sipit, berkulit kuning dan berambut lurus hitam ini, berasal dari Cina Selatan yang dikenal sebagai Orang Tang.
Selanjutnya, mayoritas imigran Cina yang berikutnya datang bermukim dan beranakpinak di Nusantara ini berasal dari Cina Tenggara, yaitu suku-suku:
1. Hakka
2. Hainan
3. Hokkien
4. Kantonis
5. Hokchia
6. Tiochiu.
Kedatangan mereka ke Indonesia, berawal dari perniagaan (dagang).
FAKTA SEJARAH
Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara dahulu, telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok.
Berikut ini beberapa fakta sejarah, kedatangan Suku Bangsa Cina ke Indonesia:
1. Di abad 13, seorang Kaisar Tiongkok bangsa Mongol, bernama Kubilai Khan, dari Dinasti Yuan, mengirimkan angkatan perangnya ke tanah Jawa. Misi yang membawa ratusan ribu pasukan Cina ini adalah untuk membalas perbuatan Prabu Kertanagara dari Kerajaan Singhasari yang dengan sengaja telah memotong hingga putus daun telinga utusan kekaisaran yang bernama Meng Khi.
Namun setiba di Pulau Jawa, angkatan perang yang dipimpin Ike Mese ini, justru bukan berhadapan dengan pasukan Kertanagara, melainkan dengan menantunya, Raden Wijaya (pendiri Kerajaan Majapahit). Kertanagara sendiri telah mati terbunuh oleh Jayakatwang, seorang penghianat kerajaan.
Pasukan Mongol ini akhirnya kalah perang dan sebagian besar dari mereka merasa malu untuk pulang ketanah asalnya, hanya Ike Mese dan beberapa anak buahnya saja yang kembali ke Cina.
Para mantan tentara Mongol ini kemudian menikahi para wanita setempat, dan dikemudian hari menjadi cikalbakal etnis Tionghoa di Jawa Timur dan Madura.
2. Dalam catatan Ma Huan, salah seorang anak buah kapal Ekspedisi Laksamana Cheng Ho, tertulis bahwa;
“Pedagang Cina Muslim telah menghuni ibukota dan kota-kota bandar masa Kerajaan Majapahit” (abad ke-15).
Laksamana Cheng Ho sendiri adalah seorang qasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Kekaisaran Tiongkok, masa Dinasti Ming. Ekspedisi Maritim yang dilaksanakannya hingga 7 kali (1405-1433), telah menjelajahi hingga Pantai Barat Afrika, atau lebih dari setengah bumi ini (melebihi Ekspedisi Columbus, penemu Benua Amerika, 50 tahun kemudian).
3. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho juga meninggalkan jejak di Semarang, ketika orang keduanya, Wang Jing Hong, sakit dan memaksa rombongan melepas sauh di Simongan (sekarang bagian dari Kota Semarang). Wang dan pengikutnya menjadi salah satu cikalbakal warga Tionghoa Semarang.
4. Dalam Kitab Tina Layang Parahyang tertulis bahwa, pada tahun 1407, telah mendarat rombongan pertama dari dataran Cina yang dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung di muara Sungai Cisadane, dimasa Kerajaan Pajajaran. Merekalah kemudian menjadi cikalbakal etnis Tionghoa di Tanah Sunda.
5. Dalam Babad Cirebon, dikisahkan bahwa pada awal abad 16, telah datang rombongan Kekaisaran Tiongkok masa Dinasti Ming ke Cirebon. Rombongan ini, mengantarkan Putri Ong Tien Nio, putri Kaisar Hong Gie, yang adalah istri Syekh Maulana Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati.
6. Dalam misi ke Cirebon tersebut, Panglima Pay Lam Bang, salah satu pemimpin maritim Kekaisaran Tiongkok, jatuh sakit. Ia dan pengikutnya kemudian diturunkan dan menetap di Sriwijaya (sekarang Palembang).
Pay kemudian menjadi orang penting di daerah tersebut, dan menjadi cikalbakal etnis Cina Palembang. Konon, nama Palembang berasal dari namanya, yaitu Pay Lam Bang menjadi Pa Lem Bang.
7. Pendiri Kesultanan Demak Bintoro adalah keturunan Tionghoa, yang masyur disebut Raden Patah alias Sunan Kota. Bergelar Sultan Syaikh Akbar Al-Fatah, ia sejatinya adalah putra dari Raden Kertawijaya atau Prabu Brawijaya I (Raja Majapahit VII), buah pernikahannya dengan puteri Cina bernama Tan Eng Kian.
Nama lahirnya adalah Tan Eng Hwat dan nama muslimnya adalah Hasan.
8. Di abad 17, Kerajaan Sambas di Kalimantan Barat, mengadakan perkongsian emas dengan Kekaisaran Tiongkok. Wilayah Kalimantan Barat memang sejak dahulu terkenal sebagai penghasil logam mulia. Untuk itulah didatangkan ratusan pekerja tambang emas dari Cina. Hingga akhir abad 18, kedatangan mereka sudah mencapai ratusan ribu jiwa, yang mendiami kota-kota penting di Kalimantan Barat, seperti; Singkawang, Pontianak dan Banjarmasin.
9. Sejarah juga mencatat bahwa, pada abad ke-18, Kekaisaran Tiongkok zaman Dinasti Qing, menjalin hubungan dagang dengan VOC. Untuk itu kekaisaran mengirim ratusan orang Cina suku Hokkien ke Banten.
Mereka bekerja untuk Belanda, seperti menjadi; buruh, pedagang dan tentara; hingga tahun 1950.
Saat Belanda meninggalkan tanah air, etnis ini seperti terkucilkan dan hidup melarat. Merekalah yang kemudian dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Kini, mayoritas kelompok ini bermukim di Tangerang, Serpong (Propinsi Banten); dan Parung (Bogor).
Setelah Indonesia merdeka, Keturunan Tionghoa warga negara Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup Nasional Indonesia, sesuai Pasal 2, UU Nomor 12 Tahun 2006, tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Namun mengapa, walau kehadiran etnis Tionghoa telah jelas membaur dan menjadi salah satu warna yang melengkapi pelangi kewarganegaraan di negeri ini, yang turut serta dalam nafas perjuangan dan kemajuan negara Indonesia... sepertinya hingga kini, masih ada saja kelompok yang belum sepenuhnya menerima kehadiran mereka.
Pasukan Mongol ini akhirnya kalah perang dan sebagian besar dari mereka merasa malu untuk pulang ketanah asalnya, hanya Ike Mese dan beberapa anak buahnya saja yang kembali ke Cina.
Para mantan tentara Mongol ini kemudian menikahi para wanita setempat, dan dikemudian hari menjadi cikalbakal etnis Tionghoa di Jawa Timur dan Madura.
2. Dalam catatan Ma Huan, salah seorang anak buah kapal Ekspedisi Laksamana Cheng Ho, tertulis bahwa;
“Pedagang Cina Muslim telah menghuni ibukota dan kota-kota bandar masa Kerajaan Majapahit” (abad ke-15).
Laksamana Cheng Ho sendiri adalah seorang qasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Kekaisaran Tiongkok, masa Dinasti Ming. Ekspedisi Maritim yang dilaksanakannya hingga 7 kali (1405-1433), telah menjelajahi hingga Pantai Barat Afrika, atau lebih dari setengah bumi ini (melebihi Ekspedisi Columbus, penemu Benua Amerika, 50 tahun kemudian).
3. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho juga meninggalkan jejak di Semarang, ketika orang keduanya, Wang Jing Hong, sakit dan memaksa rombongan melepas sauh di Simongan (sekarang bagian dari Kota Semarang). Wang dan pengikutnya menjadi salah satu cikalbakal warga Tionghoa Semarang.
4. Dalam Kitab Tina Layang Parahyang tertulis bahwa, pada tahun 1407, telah mendarat rombongan pertama dari dataran Cina yang dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung di muara Sungai Cisadane, dimasa Kerajaan Pajajaran. Merekalah kemudian menjadi cikalbakal etnis Tionghoa di Tanah Sunda.
5. Dalam Babad Cirebon, dikisahkan bahwa pada awal abad 16, telah datang rombongan Kekaisaran Tiongkok masa Dinasti Ming ke Cirebon. Rombongan ini, mengantarkan Putri Ong Tien Nio, putri Kaisar Hong Gie, yang adalah istri Syekh Maulana Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati.
6. Dalam misi ke Cirebon tersebut, Panglima Pay Lam Bang, salah satu pemimpin maritim Kekaisaran Tiongkok, jatuh sakit. Ia dan pengikutnya kemudian diturunkan dan menetap di Sriwijaya (sekarang Palembang).
Pay kemudian menjadi orang penting di daerah tersebut, dan menjadi cikalbakal etnis Cina Palembang. Konon, nama Palembang berasal dari namanya, yaitu Pay Lam Bang menjadi Pa Lem Bang.
7. Pendiri Kesultanan Demak Bintoro adalah keturunan Tionghoa, yang masyur disebut Raden Patah alias Sunan Kota. Bergelar Sultan Syaikh Akbar Al-Fatah, ia sejatinya adalah putra dari Raden Kertawijaya atau Prabu Brawijaya I (Raja Majapahit VII), buah pernikahannya dengan puteri Cina bernama Tan Eng Kian.
Nama lahirnya adalah Tan Eng Hwat dan nama muslimnya adalah Hasan.
8. Di abad 17, Kerajaan Sambas di Kalimantan Barat, mengadakan perkongsian emas dengan Kekaisaran Tiongkok. Wilayah Kalimantan Barat memang sejak dahulu terkenal sebagai penghasil logam mulia. Untuk itulah didatangkan ratusan pekerja tambang emas dari Cina. Hingga akhir abad 18, kedatangan mereka sudah mencapai ratusan ribu jiwa, yang mendiami kota-kota penting di Kalimantan Barat, seperti; Singkawang, Pontianak dan Banjarmasin.
9. Sejarah juga mencatat bahwa, pada abad ke-18, Kekaisaran Tiongkok zaman Dinasti Qing, menjalin hubungan dagang dengan VOC. Untuk itu kekaisaran mengirim ratusan orang Cina suku Hokkien ke Banten.
Mereka bekerja untuk Belanda, seperti menjadi; buruh, pedagang dan tentara; hingga tahun 1950.
Saat Belanda meninggalkan tanah air, etnis ini seperti terkucilkan dan hidup melarat. Merekalah yang kemudian dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Kini, mayoritas kelompok ini bermukim di Tangerang, Serpong (Propinsi Banten); dan Parung (Bogor).
Setelah Indonesia merdeka, Keturunan Tionghoa warga negara Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup Nasional Indonesia, sesuai Pasal 2, UU Nomor 12 Tahun 2006, tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Namun mengapa, walau kehadiran etnis Tionghoa telah jelas membaur dan menjadi salah satu warna yang melengkapi pelangi kewarganegaraan di negeri ini, yang turut serta dalam nafas perjuangan dan kemajuan negara Indonesia... sepertinya hingga kini, masih ada saja kelompok yang belum sepenuhnya menerima kehadiran mereka.
KETERANGAN GAMBAR
7 Tokoh Indonesia Etnis Tionghoal:
1. Sultan Demak Bintoro: Raden Patah (Tan Eng Hwat)
2. Pahlawan: Laksda (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie Tjeng Tjoan)
3. Ulama: KH. Anton Medan (Tan Hok Liang)
4. Konglomerat: Soedono Salim (Liem Sioe Liong)
5. Olahragawan: Rudy Hartono Kurniawan (Nio Hap Liang)
6. Penulis: Asmaraman Sukowati (Kho Ping Hoo)
7. Pakar Kesehatan: Prof. dr. HM. Hembing Wijayakusuma
-*-
B. SUKU BANGSA ARAB
Suku bangsa asing kedua terbesar dalam kependudukan di Indonesia, adalah Suku Bangsa Arab. Umumnya mereka mendiami kota-kota utama di Pulau; Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Kepulauan Maluku.
Awal kedatangan mereka, selain perniagaan utamanya adalah membawa misi keagamaan yaitu Islam.
Asal kedatangan suku bangsa ini selain dari daerah Hadramaut di Yaman, yang merupakan penyumbang imigran etnis Arab terbesar di Indonesia, ada juga yang datang dari Timur Tengah dan Afrika Utara, seperti; Arab Saudi, Mesir, Maroko dan Sudan.
FAKTA SEJARAH
Berikut ini beberapa fakta sejarah, kedatangan Suku Bangsa Arab ke Indonesia:
1. Menurut sebuah literatur kuno Tiongkok, di Barus, pesisir Sumatera, sekitar tahun 625 M, telah ada sebuah perkampungan Arab.
2. Sementara pada awal abad ke-9 M, seorang suku Quraisy dari Persia, yaitu Sayyid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq, di utus Sultan Ma’mun bin Harun Ar-Rasyid, pemimpin Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, Iran, untuk mensyi’arkan Islam di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Ia dan pengikutnya tiba di Peureulak, Aceh, sekitar tahun 830-840 M.
Ia kemudian menikah dengan adik wanita dari Sultan Syahir Nuwi, dari Kerajaan Peurelak Tua, yang bernama Putri Tansyir Dewi.
Dari pernikahan ini lahirlah Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah, yang kelak dinobatkan menjadi Sultan Pertama Kerajaan Islam Perlak, bergelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah, pada tanggal 1 Muharram 225H.
Sayyid Ali adalah cikal bakal Dinasti Aziziyyah, yang merupakan nenekmoyang etnis Arab-Aceh.
3. Marcopolo, seorang penjelajah maritim Eropa, menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai di tahun 692 H (1292 M), telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam di daerah tersebut.
4. Lalu pada tahun 1349 M, Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini yang berasal dari Champa (Vietnam Selatan), datang ke Nusantara bersama adiknya Syekh Thonauddin (Datuk Adi Putera) dan putra-putranya yang kelak mendirikan Majelis Da’wah Wali Songo.
Tidak hanya membawa misi Islam, mereka juga bermukim dan menikah dengan wanita-wanita setempat. Keluarga ini kelak menjadi cikalbakal etnis Arab-Jawa, Arab-Sulawesi dan Arab Madura.
5. Pada abad 17-19 M merupakan masa dari hijrah besar-besaran para alawiyyin Hadramaut ke Nusantara.
Mereka ini berbeda dengan pendahulunya yang terbiasa menikahi wanita setempat, kelompok ini tidak banyak melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi.
Saat ini Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, antara lain di; Jakarta (Kampung Pekojan), Bogor (Empang), Cirebon (Kauman), Surakarta (Pasar Kliwon), Yogyakarta (Kauman), Gresik (Gapura), Surabaya (Ampel), Malang (Jagalan), Probolinggo (Diponegoro), Banjarmasin (Kampung Arab) dan di kota-kota lainnya.
7 Tokoh Indonesia Keturunan Arab:
1. Pemrakarsa Majelis Da’wah Wali Songo: Syekh Maulana Malik Ibrahim As-Samarqand (Sunan Gresik).
2. Pelukis: Raden Saleh Sjarif Boestaman.
3. Ulama: Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa.
4. Politisi: Prof. Alwi Abdurrahman Shihab Ph D.
5. Aktivis Islam: Abu Bakar Ba'asyir bin Abu Bakar Abud.
6. Aktivis HAM: Munir Said Thalib
7. Musisi: Ahmad Syekh Albar.
-*-
C. SUKU BANGSA INDIA
Sejak ribuan tahun lalu, Suku Bangsa India telah datang dan menetap di Indonesia secara berkelompok. Kedatangan mereka sebenarnya telah lebih dahulu dari Suku Bangsa Cina dan Arab.
FAKTA SEJARAH
1. Sejak abad ke-4 dan ke-5, pengaruh budaya India, sangat kental di Nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dengan Bahasa Sanskerta yang digunakan dalam berbagai prasasti sejarah.
Seiring berjalannya waktu, Bahasa Sanskerta berasimilasi dengan bahasa-bahasa setempat. Banyak nama-nama orang diambil dari bahasa ini, khususnya di masyarakat suku Jawa.
2. Sebelum Islam dan Nasrani ikut mewarnai keragaman agama di Indonesia, Hindu dan Budha telah lebih dahulu dianut oleh warga negara ini. Agama ini hadir bersamaan dengan kedatangan kelompok Suku Bangsa India.
3. Ketika Islam hadir, kelompok Gujarat-lah yang ikut berjasa dalam membawa ajaran tersebut ke Indonesia di abad ke-11. Etnis Gujarat sendiri berasal dari India Selatan.
4. Di Jakarta Utara terdapat daerah yang bernama Khoja. Tempat ini awalnya adalah pemukiman Muslim India.
Para pedagang India saat itu berasal dari daerah Cutch, Kathiawar dan Gujarat. Mulanya mereka beragama Hindu dari kasta Ksatria. Selanjutnya pada abad ke-14, komunitas ini mengalami perubahan besar ketika seorang mubaligh Persia, Pir Sadruddin, menyebarkan agama Islam. Masyarakat ini kemudian dikenal dengan nama "Khwaja", inilah awal sebutan KHOJA, yang artinya ‘Orang yang dihormati’.
Saat ini, ada beberapa kelompok keturunan Suku Bangsa India yang telah beranakpinak di bumi pertiwi, seperti:
a. TAMIL
Kelompok ini berasal dari India Selatan. Kedatangan mereka dibawa oleh penjajah Inggris ke daerah Sumatera Utara, untuk dipekerjakan di perkebunan.
Kini keturunannya menyebar di wilayah Sumatera.
b. 2. PUNJABI
Sementara kelompok Punjabi berasal dari India Utara. Dengan latar belakang perniagaan, mereka datang dan bermukim di beberapa kota di pulau Jawa.
c. 3. SINDHI
Kelompok ini biasanya bergerak di bidang; industri garmen dan tekstil, makanan dan pertanian, perfilman, intan permata dan batu-batu mulia.
KETERANGAN GAMBAR
7 Tokoh Indonesia Keturunan India:
1. HAM dan Sosial Ekonomi: Harbrinderjit Singh Dillon
2. Penyanyi: Ahmad Rafiq
3. Spritualis: Anand Krishna
4. Artis: Gitty Srinita
5. Pengusaha dan Pendiri Texmaco Group: Marimutu Sinivasan
6. Politisi: Marissa Grace Haque
7. Produser Film: Raam Jethmal Punjabi
-*-
D. SUKU BANGSA EURASIA
Di Indonesia Suku Bangsa Eurasia lebih dikenal dengan sebutan Orang Indo. Etnis ini adalah anak-anak yang dilahirkan dari sebuah pernikahan campuran, umumnya ayah Eropa dengan ibu Indonesia. Etnis ini mulai mewarnai keragaman suku di Indonesia bersamaan dengan kehadiran para penjelajah dan saudagar Eropa. Diawali oleh bangsa; Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Lalu disusul bangsa-bangsa Eropa lain, seperti; Belgia, Jerman, Prancis, dan Denmark.
Orang Indo di Indonesia yang kuat pengaruhnya datang dari 2 golongan, yaitu Golongan: Mesties untuk keturunan Belanda dan Mestizos untuk keturunan Portugis.
FAKTA SEJARAH:
1. Di sekitar tahun 1500-1600, sebagai akibat dari Zaman Penjelajahan yang melanda Eropa. Mulailah ramai berdatangan orang Portugis dan Spanyol ke Nusantara.
Misi awal mereka adalah perdagangan dan menyebarkan agama Nasrani (Kristen).
Banyak dari bangsa bermata biru, berambut pirang, berhidung mancung dan berkulit putih kemerahan ini lalu terpikat dengan wanita Indonesia. Terjadilah pernikahan, atau hubungan intim tanpa nikah, yang menghasilkan anak Indo.
2. Sejarah mencatat bahwa pada sekitar tahun 1492, Bangsa Portugis berhasil menjalin hubungan dagang dengan Kerajaan Lamno (sekarang Kecamatan Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat).
Akibat hubungan dagang tersebut, membuat Lamno masyur pada masa itu. Sudah dipastikan pernikahan campuran juga tidak dapat dihindari.
Hingga kini qt masih dapat melihat sisa-sisa keturunan bangsa ini di Lamno, khususnya di Desa Kuala Daya dan Lamso, yaitu gadis-gadis cantik bermata biru, berhidung mancung namun berjilbab.
3. Sementara di Kampung Tugu, Kelurahan Tugu, Kecamatan Khoja, Jakarta Utara; terdapat juga permukiman keturunan Portugis. Warga ini adalah keturunan dari para Mardijkers (bangsa Portugis berkulit hitam) yang dibawa VOC (Belanda) ke Batavia (sekarang Jakarta) setelah berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1641.
Kala itu kira-kira sebanyak 23 kepala keluarga (sekitar 150 jiwa) Portugis penganut Katolik, dibebaskan oleh pemerintah Hindia Belanda, setelah menerima persyaratan menjadi penganut Kristen Protestan. Mereka yang berpindah keyakinan ini kemudian dikenal dengan sebutan para MARDIJKERS.
Mereka kemudian diberikan lahan yang kini dikenal dengan nama Kampung Tugu. Kampung ini adalah Kampung Kristen tertua di Indonesia bagian Barat.
Sementara warga tawanan yang tetap menganut Katolik di buang ke kepulauan Nusa Tenggara Timur.
4. Adalah Cornelis Chastelein, seorang tuantanah dan pejabat VOC (Belanda) yang pada tanggal 18 Mei 1696, membeli tanah seluas 1240 ha, di selatan Batavia. Lahan luas itu ia jadikan perkebunan lada. Sementara daerah perkebunan itu sendiri dinamainya DEPOK.
Hingga menjelang ajal, Chastelein yang dikenal anti-perbudakan, berhasil membebaskan sekitar 200 orang dari perbudakan setelah memeluk Kristen Protestan, termasuk 12 kepala keluarga yang kelak populer dengan sebutan BELANDA DEPOK.
Perkebunan lada miliknya, kemudian dihibahkannya kepada ke-12 kepala keluarga tersebut, yang bernama; Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh.
Kelompok ini juga diklaim sebagai kelompok Kristen Protestan pertama di Hindia Timur (Indonesia).
5. Pada tahun 1911, salah seorang etnis Indo bernama EFE. Douwes Dekker, membentuk Indische Partij (IP) yang mendapat dukungan dari banyak orang Indo dan Eropa. Organisasi ini bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan penuh bagi Hindia-Belanda (Indonesia).
6. Saat pecah Perang Dunia II dan sesudahnya menjadi titik awal diaspora bagi kaum Indo. Banyak diantara mereka memilih tinggal di Eropa.
Pada tahun 1957 hingga 1964, adalah masa exodus etnis Indo, setelah Pemerintah Indonesia memberlakukan undang-undang kewarganegaraan, UU 62/1958. Orang Indo dipaksa untuk menentukan kewarganegaraannya, menetap menjadi warganegara Indonesia, atau kembali ke Eropa.
Hingga hari ini, qt masih dapat menjumpai sisa-sisa keturunan masyarakat Indo Portugis dan Spanyol di; Maluku, Flores, Kampung Tugu (Cilincing, Jakarta Utara) serta Kampung Lamno Jaya, Aceh Barat.
Sementara Indo Belanda dan Inggris rata-rata mendiami daerah; Jakarta, sebagian Jawa, Minahasa dan Maluku.
Sementara Indo Belanda dan Inggris rata-rata mendiami daerah; Jakarta, sebagian Jawa, Minahasa dan Maluku.
7 Tokoh Masyarakat Indonesia keturunan Indo:
1. Mantan Politisi: Joop Ave.
2. Wanita dari Lamno, Daya, DI Nangroe aceh Darussalam
3. Pahlawan Nasional: Muhammad Husni Thamrin.
4. Gadis Siompu, Buton, Sulawesi Tenggara
5. Mantan Anggota DPR: Ajie Massaid.
6. Anak Lingon, halmahera, Maluku
7. Arti: Indra L Brugman
-*-
BERSAMBUNG - 4. SUKU BANGSA INDONESIA...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar